Aku langsung tercekat ketika terpegang kontol Edo yang seperti kata suamiku ternyata memang besar. Kulirik suamiku sedang
membuka retsluiting celananya dan mulai mengelus-elus kontolnya
sendiri. Dia kelihatan benar-benar sangat menikmati adegan ini. Tanpa
berkedip dia menyaksikan tubuh istrinya digauli dan digerayangi oleh
laki-laki lain. Sebagai seorang wanita dengan nafsu birahi yang lumayan
tinggi, keadaan ini mau tidak mau akhirnya membuatku terbenam juga dalam
suatu arus birahi yang hebat. Jilatan-jilatan Edo pada bagian tubuhku
yang sensitif membuatku bergelinjang dengan dahsyat menahan arus birahi
yang mulai menjalari diriku dan tempikku. Setelah beberapa saat aku
memegang sambil mengelus-elus kontol Edo, tiba-tiba Edo berdiri dan
membuka celana beserta celana dalamnya sehingga kontolnya tiba-tiba
melonjak keluar, seakan-akan baru bebas dari kungkungan dan sekarang aku
bisa melihatnya dengan jelas. Setelah membuka seluruh pakaiannya, kini
Edo benar-benar bertelanjang bulat. Sehingga aku dapat melihat dengan
jelas ukuran kontol Edo dalam keadaan ngaceng, yang ternyata memang jauh
lebih besar dan lebih panjang dari ukuran kontol suamiku. Bentuknya pun
agak berlainan. kontol Edo ini mencuat lurus ke depan agak mendongak ke
atas, sedang kontol suamiku jauh lebih kecil, agak tunduk ke bawah dan
miring ke kiri. Aku betul-betul terpana melihat kontol Edo yang sangat
besar dan panjang itu. kontol yang sebesar itu memang belum pernah aku
lihat (waktu dengan Ki Alugoro aku tidak sempat memperhatikan seberapa
besar kontolnya, karena aku agak malu-malu dan setengah sadar). Batang
kontolnya kurang lebih berdiameter 5 cm dikelilingi oleh urat-urat yang
melingkar dan pada ujung kepalanya yang sangat besar, panjangnya mungkin
kurang lebih 18 cm, pada bagian pangkalnya ditumbuhi dengan
rambut-rambut keriting yang lebat. Kulitnya kelihatan tebal, lalu ada
urat besar disekeliling batangnya dan terlihat seperti kabel-kabel di
dalam kulitnya. Kepala batangnya tampak kenyal, penuh, dan mengkilat.
Kemudian dia menyodorkan kontolnya tersebut ke hadapan wajahku. Aku
melirik ke arah suamiku, yang ternyata tambah asyik menikmati adegan ini
sambil tersenyum puas dan mengelus-elus kontolnya, karena melihat aku
kelihatan bernafsu menghadapi kontol yang sebesar itu. Aku sebenarnya
sudah amat terangsang, tetapi untuk menunjukkan pada Edo, aku agak tidak
enak hati. Tapi entah kenapa, tanpa kusadari tiba-tiba aku telah duduk
di tepi ranjang sambil menggenggam kontol itu yang terasa hangat dalam
telapak tanganku. Kugenggam erat-erat, terasa ada kedutan terutama di
bagian uratnya. Lingkaran genggamanku hampir penuh menggapai lingkaran
batang kontolnya. Aku tidak pernah membayangkan bahwa aku akan pernah
memegang kontol sebesar ini, dari seorang laki-laki lain secara sadar
dan penuh nafsu dihadapan suamiku. Kembali aku melirik kepada suamiku.
Kulihat dia semakin bertambah asyik menikmati adegan ini, malah kali ini
bukan hanya mengelus-elus, tetapi malah sambil mengocok kontolnya
sendiri, yaitu adegan istrinya yang penuh nafsu birahi sedang digauli
oleh laki-laki lain, yang juga merupakan idolaku dulu. Tiba-tiba muncul
nafsu hebat terhadap idolaku itu, sehingga dengan demonstratif
kudekatkan mulutku ke kontol Edo, kujilati seluruh permukaannya dengan
lidahku kemudian kukulum dan kuhisap-hisap dengan nafsu birahi yang
membara. Aku merasa sudah kepalang basah maka aku akan nikmati kontol
itu dengan sepuas-puasnya sebagaimana kehendak suamiku. Kuluman dan
hisapanku itu membuat kontol Edo yang memang telah berukuran besar itu
menjadi bertambah besar, bertambah keras dan kepala kontolnya jadi
tambah mengkilat merah keungu-unguan.. Dalam keadaan sangat bernafsu,
kontol Edo yang sedang mengaceng keras dalam mulutku itu mengeluarkan
semacam aroma yang khas yang aku namakan aroma lelaki. Aroma itu
menyebabkan gairah birahiku semakin memuncak dan lubang tempikku mulai
terasa berdenyut-denyut hebat hingga secara tidak sadar membuatku
bertambah gemas dan semakin menjadi-jadi menghisap kontol itu seperti
hisapan sebuah vacuum cleaner. Kuluman dan hisapanku yang amat bernafsu
itu rupanya membuat Edo tidak tahan lagi. Tiba-tiba dia mendorong
tubuhku sehingga telentang di atas tempat tidur. Aku pun kini semakin
nekat dan semakin bernafsu untuk melayaninya. Aku segera membuka kedua
belah pahaku lebar-lebar. Do kataku pelan dan aku bahkan tidak tahu
memanggilnya untuk apa. Sambil berlutut mendekatkan tubuhnya diantara
pahaku, Edo berbisik, Ssttt! bisiknya sambil kedua tangannya membuka
pahaku sehingga selangkanganku terkuak. Itu berarti bahwa sebentar lagi
kontolnya akan bercumbu dengan tempikku. Benar saja, aku merasakan ujung
kontolnya yang hangat menempel tepat di permukaan tempikku. Tidak
langsung dimasukkan di lubangnya, tetapi hanya digesek-gesekkan di
seluruh permukaan bibirnya, ini membuat tempikku tambah berdenyut-denyut
dan terasa sangat nikmat. Dan makin lama aku makin merasakan rasa
nikmat yang benar-benar bergerak cepat di sekujur tubuhku dimulai dari
titik gesekan di tempikku itu. Beberapa saat Edo melakukan itu, cukup
untuk membuat tanganku meraih pinggangnya dan pahaku terangkat menjepit
pinggulnya. Aku benar-benar menanti puncak permainan ini. Edo
menghentikan aktivitasnya itu dan menempelkan kepala kontolnya tepat di
antara bibir tempikku dan terasa bagiku tepat di ambang lubang tempikku.
Aku benar-benar menanti tusukannya. Oocchh.. Ddoo, please.. pintaku
memelas. Sebagai wanita di puncak birahi, aku betul-betul merasa tidak
sabar dalam kondisi seperti itu. Sesaat aku lupa kalau aku sudah
bersuami, yang aku lihat cuma Edo dan kontolnya yang besar dan panjang.
Ada rasa deg-deg plas, ada pula rasa ingin cepat merasakan bagaimana
rasanya dicoblos kontol yang lebih besar dan lebih panjang. Ooouugghhh
batinku yang merasa tak sabar benar untuk menunggunya. Tiba-tiba aku
merasakan sepasang jemari membuka bibir-bibir tempikku. Dan lebih
dahsyat lagi aku merasakan ujung kontol Edo mulai mendesak di
tengah-tengah lubang tempikku.. Aku mulai gemetar hebat, karena tidak
mengira akan senikmat ini aku akan merasakan kenikmatan bersetubuh.
Apalagi dengan orang yang menjadi idolaku, yang sangat kukagumi sejak dulu. Perlahan-lahan Edo mulai memasukkan kontolnya ke
dalam tempikku. Aku berusaha membantu dengan membuka bibir tempikku
lebar-lebar. Kelihatannya sangat sulit kontol sebesar itu masuk ke dalam
lubang tempikku yang kecil. Tangan Edo yang satu memegang pinggulku
sambil menariknya ke atas, sehingga pantatku agak terangkat dari tempat
tidur, sedangkan tangannya yang satu memegang batang kontolnya yang
diarahkan masuk ke dalam lubang tempikku. Pada saat Edo mulai menekan
kontolnya, aku mulai mendesis-desis, Sssshhhhh Eddooo ppelan-ppelan
Ddooo ssshhhh desisku gemetar. Edo lalu menghentikan aktivitasnya
sebentar untuk memberiku kesempatan untuk mengambil nafas, kemudian Edo
melanjutkan kembali usahanya untuk memasukkan kontolnya. Setelah itu
kontol Edo mulai terasa mendesak masuk dengan mantap. Sedikit demi
sedikit aku merasakan terisinya ruangan dalam lubang tempikku. Seluruh
tubuhku benar-benar merinding ketika merasakan kepala kontolnya mulai
terasa menusuk mantap di dalam lubang tempikku, diikuti oleh gesekan
dari urat-urat batang kontol itu setelahnya. Aku hanya mengangkang
merasakan desakan pinggul Edo sambil membuka pahaku lebih lebar lagi.
Kini aku mulai merasakan tempikku terasa penuh terisi dan semakin penuh
seiring dengan semakin dalamnya kontol itu masuk ke dalam lubang
tempikku. Sedikit suara lenguhan kudengarkan dari Edo ketika hampir
seluruh kontolnya itu amblas masuk. Aku sendiri tidak mengira kontol
sebesar dan sepanjang tadi bisa masuk kedalam lubang tempikku yang
kecil. Walaupun belum seluruh kontol Edo masuk ke dalam tempikku,
rasanya seperti ada yang mengganjal dan untuk menggerakkan kaki saja
rasanya agak aneh. Tetapi sedikit demi sedikit aku mulai bisa
menyesuaikan diri dan menikmati rasa yang nyaman dan nikmat. Ketika
hampir seluruh batang kontol Edo telah amblas masuk ke dalam lubang
tempikku, tanpa sengaja aku terkejang sehingga berakibat bagian dinding
dalam tempikku seperti meremas batang kontol Edo. Aku agak terlonjak
sejenak ketika merasakan kontol Edo seperti berkerojot di dalam lubang
tempikku akibat remasan tersebut. Aku terlonjak bukan karena kontol itu
merupakan kontol dari seorang laki-laki lain yang pertama yang kurasakan
memasuki tubuhku selain kontol suamiku dan Ki Alugoro, akan tetapi
karena aku merasakan kontol Edo memang terasa lebih istimewa
dibandingkan kontol suamiku maupun kontol Ki Alugoro, baik dalam ukuran
maupun ketegangannya. Selama hidupku memang aku belum pernah melakukan
persetubuhan dengan laki-laki lain selain dengan suamiku dan Ki Alugoro
dan keadaan ini memberikan pengalaman baru bagiku. Aku tidak menyangka
ukuran kontol seorang laki-laki berpengaruh besar sekali terhadap
kenikmatan bersetubuh seorang wanita. Oleh karena itu secara refleks
aku mengangkat kedua belah pahaku tinggi-tinggi dan menjepit pinggang
Edo erat-erat untuk selanjutnya aku mulai mengoyang-goyangkan pinggulku
mengikuti alunan gerakan tubuh Edo. Saat itu kakiku masih menjuntai di
lantai karpet kamar. Tanganku memegangi lengannya yang mencengkeram
pinggulku. Aku menariknya kembali ketika Edo menarik kontolnya dari
tempikku. Tapi dan belum sampai tiga perempat kontolnya berada di luar
tempikku, tiba-tiba dia menghujamkannya lagi dengan kuat. Aku nyaris
menjerit menahan lonjakan rasa nikmat yang disiramkan kepadaku secara
tiba-tiba itu. Begitulah beberapa kali Edo melakukan hujaman-hujaman ke
dalam lubang tempikku tersebut. Setiap kali hujaman seperti menyiramkan
rasa nikmat yang amat sangat ke tubuhku. Aku begitu terangsang dan
semakin terangsang seiring dengan semakin seringnya permukaan dinding
lubang tempikku menerima gesekan-gesekan dari urat-urat kontol Edo yang
seperti kabel-kabel yang menjalar-jalar itu. Biasanya suamiku kalau
bersetubuh semakin lama semakin cepat gerakannya, tetapi Edo melakukan
gerakan yang konstan seperti mengikuti alunan irama musik evergreen yang
sengaja aku setel sebelumnya. Tapi anehnya, justru aku semakin bisa
merasakan setiap milimeter permukaan kulit kontolnya dengan rytme
seperti itu. Tahap ini sepertinya sebuah tahap untuk melakukan start
menuju ke sebuah ledakan yang hebat, aku merasakan tempikku baik bagian
luar maupun dalam berdenyut-denyut hebat seiring dengan semakin
membengkaknya rasa nikmat di area selangkanganku. Tubuh kami sebentar
menyatu kemudian sebentar lagi merenggang diiringi desah nafas kami yang
semakin lama semakin cepat. Sementara itu aku pun kembali melirik ke
arah suamiku. Kulihat suamiku agak ternganga menyaksikan bagaimana
diriku disetubuhi oleh Edo. Melihat penampilan suamiku itu, timbul
kembali rasa puas di hatiku, maka secara lebih demonstratif lagi
kulayani permainan Edo sehebat-hebatnya secara aktif bagaikan adegan
dalam sebuah BF. Keadaan ini tiba-tiba menimbulkan suatu kepuasan lain
dalam diriku. Bukan saja disebabkan oleh kenikmatan persetubuhan yang
sedang kualami bersama Edo, akan tetapi aku juga memperoleh suatu
kepuasan lain karena aku telah dapat melaksanakan angan-angan suamiku.
Suamiku menghendaki aku bersetubuh dengan laki-laki lain dan malam ini
akan kulaksanakan sepuas-puasnya. Tiba tiba Edo semakin mempercepat
hunjaman-hunjaman kontolnya ke dalam lubang tempikku. Tentu saja ini
membuat aku semakin bernafsu sampai-sampai mataku terbeliak-beliak dan
mulutku agak terbuka sambil kedua tanganku merangkul pinggulnya
kuat-kuat. Aku tadinya tak menyangka sedikitpun kalau kontol Edo yang
begitu besar mulai bisa dengan lancar menerobos lubang tempikku yang
sempit dan sepertinya belum siap menerima hunjaman kontol dengan ukuran
sedemikian besar itu. Terasa bibir tempikku sampai terkuak-kuak lebar
dan seakan-akan tidak muat untuk menelan besar dan panjangnya kontol
Edo. . Ooukkhhss.. sshhh.. Ddoo ..! Terrruusshh.. terrusshh.. Ddoo
mmmmhhhh! rintihku merasakan kenikmatan yang semakin lama semakin hebat
ditempikku. .Hhhmmh.. tempikmu.. niikmaat.. sekalii.. Mmiiaaa.. uukkhh..
uukkhh.. Edo mulai mengeluarkan kata-kata vulgar yang malah menambah
nafsu birahiku mendengarnya. Gejolak birahi Edo ternyata makin
menguasai tubuhnya dan tanpa canggung lagi ia terus menghunjam hunjamkan
kontolnya mencari dan menggali kenikmatan yang ia ingin berikan kepadaku. Untuk tambah
memuaskanku dan dirinya juga, batang kontol Edo terus menyusupi lubang
tempikku sehingga akhirnya betul-betul amblas semuanya.
Aarrggccchhhhhh!! aku melenguh panjang, kurasakan badanku merinding
hebat, wajahku panas dan mungkin berwarna merah merona. Mataku
memandang Edo dengan pandangan sayu penuh arti meminta sesuatu, yaitu
meminta diberi rasa nikmat yang sebesar-besarnya. Edo kelihatan
betul-betul terpana melihat wajahku yang diliputi ekspresi sensasional
itu. Kemudian Edo tambah aktif lagi bergoyang menarik ulur batang
kontolnya yang besar itu, sehingga dinding tempikku yang sudah dilumuri
cairan kawin itu terasa tambah banjir dan licin. Wajahku semakin lepas
mengekspresikan rasa sensasi yang luar biasa yang tidak pernah aku
perkirakan sebegitu nikmatnya. Saking begitu nikmatnya perasaan maupun
tempikku disetubuhi oleh Edo, tanpa kusadari aku mulai berceloteh di
luar sadarku, Ohhss.. sshhh.. enaakk.. sseekalii kkontolmu Ddoo!!
Oougghh.. terusshh. teerruusshh..!!! Aku mendesah, merintih dan
mengerang sepuas-puasnya. Aku sudah lupa diri bahwa yang menyetubuhiku
bukanlah suamiku sendiri. Yang ada di benakku hanyalah letupan birahi
yang harus dituntaskan. Dengan penuh nafsu kami saling berpelukan
sambil berciuman. Nafas kami saling memburu kencang, lidah kami saling
mengait dan saling menyedot, saling bergumul. Edo mengambil inisiatif
dengan menggenjot pantatnya yang tampak naik turun semakin cepat
diantara selangkanganku yang semakin terbuka lebar, akupun mengangkat
kedua kakiku tinggi-tinggi sambil kutekuk dan kusampirkan ke pundaknya,
pantatku kuangkat untuk lebih memudahkan batang kontol Edo masuk
seluruhnya dan menggesek syaraf-syaraf kenikmatan di rongga tempikku,
akibatnya Edopun semakin mudah menyodokkan kontolnya yang panjang, besar
dan keras itu keluar masuk sampai ke pangkal kontolnya hingga
mengeluarkan suara berdecak-decak crot crot seperti suara bebek menyosor
lumpur seiring dengan keluar masuknya kontol itu di dalam tempikku Edo
melihat ke arah selangkanganku, tempikku mencengkeram kontolnya erat
sekali, ia tersenyum puas bisa menaklukkan tempikku, yang semakin basah
membanjir penuh dengan lendir pelumas putih kental sehingga membasahi
bulu-bulu jembutku yang tidak terlalu lebat maupun bulu-bulu jembutnya
itu dan sekaligus juga batang kontolnya yang semakin tambah mengeras.
Edo mendengus-dengus bagai harimau terluka, genjotannya makin ganas
saja. Mata Edo terlihat lapar menatap susuku yang putih montok
dikelilingi bulatan coklat muda di tengahnya dan pentilku yang besar dan
sudah begitu mengeras karena birahiku yang sudah demikian memuncak,
maka tanpa menyia-nyiakan kesempatan Edo langsung menyedot pentil susuku
yang begitu menantang itu. Tubuhku menggelinjang hebat. Dan susukupun
makin kubusungkan bahkan dadaku kugerakkan ke kiri dan ke kanan supaya
kedua pentil susuku yang makin gatal itu mendapatkan giliran dari
serbuan mulutnya. Desahan penuh birahi langsung terlontar tak
tertahankan begitu lidah Edo yang basah dan agak kasar itu menggesek
pentil susuku yang peka. Edo begitu bergairah menjilati dan menghisap
susu dan pentilku di sela-sela desah dan rintihanku yang sedang
menikmati gelombang rangsangan demi rangsangan yang semakin lama semakin
menggelora ini. Oouugghhss.. oouugghhss.. sshhhh tteerruss Ddooo aku
makin meracau tidak karuan, pikiranku sudah tidak jernih lagi, terombang
ambing di dalam pusaran kenikmatan, terseret di dalam pergumulan
persetubuhan dengan Edo, tubuh telanjangku serasa seenteng kapas
melambung tinggi sekali. Aku merasakan kenikmatan bagai air bah
mengalir ke seluruh tubuhku mulai dari ujung kaki sampai ke ubun-ubun
terutama sekali di sekitar tempikku. Tubuhku akhirnya mengejang sambil
memeluk tubuh Edo erat sekali sambil menjerit-jerit kecil tanpa sadar.
Aaaaccchhh Dddooo mmmmmhhhhhh konnttolmmmuuu aakkkuu kkeeelluuaaarrrr
jeritku keenakan. Badan telanjangku terasa berputar-putar merasakan
semburan kenikmatan yang dahsyat diterjang gelombang orgasme. kontol
Edo masih terus menggenjot lubang tempikku, dan aku hanya pasrah
dipelukannya mengharapkan gelombang kenikmatan selanjutnya. Lebih dari
sejam Edo menyetubuhiku tanpa henti, aku makin lama makin terseret di
dalam kenikmatan pergumulan persetubuhan yang belum pernah kurasakan.
Tubuhku akhirnya melemas setelah aku menyemburkan lagi cairan kawinku
untuk kesekian kalinya bersamaan dengan Edo yang juga rupanya sudah
tidak tahan lagi dan Aaacchhh.. oooccchhh Mmiiaaa teemmpiikkmmuuu
nniikkkmaattttt sseekkalliiii adduuhhh aaakkuu.. kkekkeeeluaarrr
erangnya sambil menyemburkan pejunya di dalam tempikku Kemudian untuk
beberapa saat Edo masih membiarkan kontolnya menancap di dalam tempikku.
Akupun tidak mencoba untuk melepas kontol itu dari tempikku. Setelah
agak beberapa lama, Edo mengeluarkan kontolnya yang ternyata masih
berdiri dengan tegar walaupun sudah orgasme di lubang tempikku. Walaupun
kontolnya masih sangat tegar berdiri dengan kerasnya, Edo menghentikan
persetubuhan ini karena dia meminta suamiku menggantikannya untuk
menyetubuhiku. Kini ganti dia yang akan menonton diriku disetubuhi oleh
suamiku sendiri yang ternyata entah sejak kapan dia sudah bertelanjang
bulat. Suamiku dengan segera menggantikan Edo dan mulai menyetubuhi
diriku dengan hebat. Kurasakan nafsu birahi suamiku sedemikian
menyala-nyala sehingga sambil berteriak-teriak kecil dia menghunjamkan
kontolnya yang kecil itu ke dalam lubang tempikku. Akan tetapi apakah
karena aku masih terpengaruh oleh pengalaman yang barusan kudapatkan
bersama Edo, maka ketika suamiku menghunjamkan kontolnya ke dalam lubang
tempikku, kurasakan kontol suamiku itu kini terasa hambar. Kurasakan
otot-otot lubang tempikku tidak lagi sedemikian tegangnya menjepit
kontol suamiku sebagaimana ketika kontol Edo yang berukuran besar dan
panjang itu menerobos sampai ke dasar lubang tempikku. kontol suamiku
kurasakan tidak sepenuhnya masuk ke dalam lubang tempikku dan terasa
lebih lembek bahkan dapat kukatakan tidak begitu terasa lagi dalam
lubang tempikku yang barusan diterobos oleh kontol yang begitu besar dan panjang.
Bersambung ke Angan-Angan Suami part 3